Dewasa
ini sangat terasa bahwa situasi dan kondisi kehidupan masyarakat sedang
mengalami transisi menuju situasi dan kondisi kestabilan baru, di mana aspek
kehidupan seperti ekonomi, sosial, politik, teknologi, dll mengalami perubahan
yang signifikan. Mengutip apa yang dikatakan oleh Alvin Toffler, bahwa dunia
ini mengalami tiga gelombang perubahan yang disebut dengan jaman atau era.
Gelombang pertama yaitu gelombang pertanian membuat jaman menjadi berubah dari
jaman pra sejarah menjadi jaman pertanian, dimana situasi dan kondisi manusia
ditentukan oleh pola kekuatan yang menguasai bidang pertanian yaitu penguasaan lahan.
Pada gelombang kedua muncul kekuatan baru yaitu energi yang mengubah situasi
dan kondisi kehidupan manusia kepada keseimbangan baru, dimana kekuatan
ekonomi, sosial, politik, dll terletak pada sumber energi yang diperlukan pada
jaman industri. Saat ini kita masuk pada gelombang ketiga, yaitu situasi dan
kondisi kehidupan manusia juga mengalami perubahan menuju kepada titik keseimbangan baru, yaitu kepada kekuatan
data dan informasi.
Sumber: Konrad M. Kressley, Riding the Third Wave,
http://www.theharbinger.org/xvi/971209/future.html
Menjadi
suatu kenyataan bahwa saat ini masyarakat di seluruh dunia hidup dalam jaman
informasi. Dimana kekuatan dan kekuasaan terletak pada penguasaan dan penggunaan
data. Pada era informasi, kecepatan dan akurasi menjadi parameter yang penting.
Dalam konteks ini peran teknologi terutama teknologi informasi menjadi alat
bantu yang signifikan dalam mewujudkan kemampuan pengendalian (controlled) dan
fleksibilitas. Organisasi dituntut untuk dapat dengan cepat dan tepat
beradaptasi terhadap perkembangan situasi ekternal dan internal. Pola kerja
yang lama sering tidak lagi menjawab masalah yang timbul. Perlu suatu cara baru
untuk menjalankan organisasi sehingga mampu bersaing dan tumbuh.
Organisasi
dituntut untuk melakukan inovasi produk maupun inovasi proses. Merujuk
pernyataan Peter Ducker bahwa karena tujuan berbisnis adalah untuk menciptakan
pelanggan, maka organisasi bisnis perlu mempunyai dua tujuan yaitu marketing
dan inovasi. Marketing dan inovasi akan menghasilkan pendapatan dan
mendatangkan profit bagi perusahaan sedangkan sisanya yang lain merupakan
biaya. Jadi melakukan inovasi sudah merupakan keharusan atau pra syarat bagi
semua organisasi untuk bersaing dan tumbuh. Namun banyak salah kapra terhadap
konsep inovasi ini. Inovasi merupakan realisasi ide kreatif yang menciptakan
nilai tambah sehingga dapat menjadi kapitalisasi pada hasil bisnis. Inovasi
dapat kita lihat hasilnya sebagai suatu penciptaan nilai tambah pada proses
atau juga suatu penciptaan nilai tambah pada produk. Jadi inovasi dapat berupa
inovasi proses dan inovasi produk. Pada kegiatan inovasi produk, sering kali
didapat hasil yang luar biasa, seperti mobil terbang, robot, dll. Kegiatan
inovasi yang menghasilkan penemuan produk baru kita kenal dengan istilah
invention (penemuan). Sedangkan inovasi proses dapat juga dilakukan secara
radikal dan menyeluruh yang kita kenal dengan konsep process reengineering.
Menutup
Oliver Gassmann, bahwa terdapat beberapa kesalahan persepsi terhadap bagaimana
inovasi dapat dilakukan oleh semua orang. Kesalahan persepsi tersebut disebut
dengan Mitos. Terdapat tujuh mitos yang perlu kita tahu dan kemudian menjadi
dasar kita untuk mengatasinya, yaitu;
1. Mitos Peningkatan Awal (The Initial Ascent Myth)
Sukses bisnis sering dikaitkan dengan
orisinalitas pemikiran yang orang lain tidak pernah memikirkan sebelumnya.
Penyataan ini merupakan salah persepsi, kenyataannya bahwa banyak bisnis model
sukses karena meniru dan mengadopsi bisnis model dari industri lain.2. Mitos Bebaruan yang Radikal (The Think Bisg Myth)
Suksesnya inovasi sering dikaitkan dengan suatu pemikiran yang besar dan baru sama sekali. Namun faktanya inovasi dapat berupa proses inovasi yang bertahap (incremental)
3. Mitos Teknologi (The Technology Myth)
Sukses inovasi selalu dikaitkan dengan penggunaan teknologi yang muktahir dalam menciptakan produk baru. Kenyataannya bahwa teknologi adalah faktur pengungkit (enabler) yang dapat mempercepat timbulnya inovasi produk
4. Mitos Keberuntungan (The Luck Myth)
Keberhasilan inovasi juga dikaitkan dengan keberuntungan yang tidak berpola. Namun kenyataannya adalah inovasi merupakan usaha kerja keras yang dilakukan terhadap ide kreatif dari proses dan produk yang ada saat ini.
5. Mitos Einstein (The Einstein Myth)
Hanya mereka yang memiliki ide kreatif yang genius yang dapat menghasilkan hasil inovasi yang nyata. Namun kenyataannya adalah diperlukan kolaborasi, integrasi, dan interdipendensi antar para pihak yang melaksanakan fungsinya dengan baik.
6. Mitos Ukuran (The Size Myth)
Inovasi yang besar membutuhkan sumberdaya yang besar pula. Hal ini tidak benar, karena banyak bisnis yang kita kenal dengan startup, memulai inovasi proses dan produknya dengan sumberdaya yang minimal yang berevolusi menguasai industri tertentu dan mengubah pola persaingan dalam industri tersebut karena keberhasilan inovasinya.
7. Mitos R&D (R&D Myth)
Departemen R&D merupakan suatu keharusan yang akan menghasilkan inovasi produk. Kenyataannya adalah inovasi membutuhkan kolaborasi dan integrasi antar interdisiplin dan antar unit kerja, serta antar variabel yang dimiliki oleh organisasi dalam menghasilkan nilai tambah yang signifikan.
Sumber: The
Business Model Navigator, Oliver Gassmann, 2014
Pembelajaran
yang dapat kita ambil dari konsep mito inovasi ini adalah, bahwa menjadi
keharusan bagi organisasi melakukan inovasi. Dalam kondisi apapun inovasi dapat
dimulai. Maka mulailah melakukan inovasi dengan konsep “let’s do small
innovation with great hearth” dan bukan menunggu sampai mampu melakukan “do a
great innovation with small hearth”
Penulis : Dr Martinus Tukiran
Cognoscenti Consulting Group sebagai perusahaan konsultansi bidang manajemen, memiliki banyak pengalaman dalam membantu organisasi dalam meningkatkan kinerja organisasi melalui perbaikan proses kerja. Kami selalu berusaha memberikan pelayanan yang lebih baik mulai dari penyusunan strategi hingga proses implementasi di tingkat operasional dan audit untuk menemukan perbaikan. Jika ada hal yang ingin anda diskusi dengan kami, silahkan jangan segan untuk menghubungi Cognoscenti Consulting Group. www.ccg.co.id / 021. 29022118