Peran pasar modal dalam menunjang perekonomian
suatu negara dinilai semakin penting. Saat ini, indikator perekonomian suatu
negara, selain diukur melalui pertumbuhan PDB juga dapat diukur melalui kinerja
indeks pasar modal yang merupakan indikator kepercayaan investor. Seiring
dengan perkembangan perekonomian Indonesia, peran pasar modal menjadi sangat
strategis dalam menunjang pembangunan nasional serta sumber pembiayaan dan
investasi selain perbankan dan pinjaman luar negeri. Proses transaksi modal
berlangsung di sebuah pasar khusus yang disebut sebagai bursa efek.
Sektor industri, dipandang memiliki
peran penting dalam pertumbuhan laju perekonomian di Indonesia. Selama tahun
2010 sampai dengan 2015, sektor industri menempati urutan ketiga dalam struktur
PDB Indonesia, di bawah sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan,
hotel dan restoran dengan nilai PDB pada tahun 2010 sebesar Rp 253.88 triliun
menjadi Rp 313.73 triliun pada tahun 2013 (Badan Pusat Statistik, 2013).
Sebagaimana
diketahui, bahwa keputusan investor sangat dipengaruhi oleh nilai return yang diterima. Return menjadi indikator utama kemampuan
keuangan perusahaan menciptakan nilai bagi para investor dalam bentuk
pembayaran dividen ataupun capital gain.
Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor penting yang berguna untuk
perencanaan keuangan perusahaan.
EVA merupakan salah
satu alat pengukur kinerja keuangan perusahaan yang berhubungan langsung dengan
nilai pasar intrinsik suatu perusahaan. MVA merupakan suatu metode yang relatif
penting dalam menilai kinerja perusahaan, khususnya dalam mengukur besar-nya
penciptaan nilai kekayaan para pemegang saham, yang dapat dilihat melalui nilai
pasar (market price) perusahaan.
Dalam penentuan return saham selain
dipengaruhi oleh kinerja perusahaan juga dipengaruhi faktor eksternal.
Faktor-faktor tersebut meliputi faktor makroekonomi dan termasuk faktor
eksternal lainnya, seperti adanya krisis ekonomi.
Berdasarkan laporan
Bank Indonesia (2009), bahwa sektor Industri salah satu sektor yang paling
terkena dampak krisis tersebut akibat sebagian besar transaksi dilakukan dalam
bentuk ekspor dan impor pada Gambar 1.
Gambar 1.
Grafik Pertumbuhan Bisnis pada BEI
Hubungan EVA dan MVA
Pertanyaan yang muncul adalah apakah
apresiasi pasar terhadap kinerja di sektor industri berdasarkan kinerja
fundamental industri tersebut yang tercermin melalui nilai EVA. Berikut disajikan
hubungan EVA dengan MVA secara grafis.
Perusahaan yang menghasilkan nilai EVA
positif diasumsikan mampu menerapkan faktor-faktor operasi yang secara positif
mempengaruhi hasil operasi dan keuangannya. Faktor-faktor tersebut meliputi
perbaikan mutu produk melalui proses kontrol yang baik, berhasil melakukan
peluncuran produk baru dengan tepat waktu, pengendalian biaya yang optimal, outsourcing, manufacturing, memproduksi
produk sesuai dengan kebutuhan pelanggan dan mampu mengefisiensikan proses
birokratisasi dalam perusahaan.
Faktor eksternal diduga juga memberi
dampak yang besar terhadap kinerja sektor industri yang menghasilkan EVA
negatif. Kondisi industri khususnya tekstil dan produk tekstil di Indonesia
pada tahun 2010 sampai 2015 memang menghadapi berbagai kendala walaupun pernah
menjadi produk andalan ekspor.
Gambar
2. Grafik Hubungan Penciptaan Nilai Tambah EVA dan MVA
pada
sektor Industri pada tahun 2015
Pada
gambar 2, dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 sampai tahun 2015 tidak seluruh
perusahaan yang diteliti memiliki titik temu antara EVA dengan MVA. EVA yang
positif tidak selalu diikuti dengan MVA yang positif. Pola yang ditunjukkan
tiap tahun pada gambar di atas tidak konsisten
untuk setiap perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa arah hubungan EVA dengan MVA
secara grafis belum bisa disimpulkan kecenderungannya.
Gambaran kinerja
sektor industri di Indonesia, khususnya yang sudah go public selama
kurun waktu 2010 - 2015 menunjukkan kinerja yang baik mengingat sebagian besar
perusahaan dalam industri tersebut sudah mampu menciptakan Economics Value
Added (EVA) yang positif. Namun perusahaan yang memilki EVA yang positif
cenderung memiliki Market Value Added (MVA) yang positif atau sebaliknya. Hal ini membawa
implikasi bahwa industri masih banyak membutuhkan perhatian dalam rangka
peningkatan kinerja baik dari pelaku usaha itu sendiri maupun pemerintah
sehingga nantinya sektor industri dapat kembali menjadi andalan penyumbang
devisa.
Pengukuran
kinerja perusahaan dengan EVA pada industri dapat digunakan untuk melengkapi
pengukuran kinerja dengan metode-metode yang telah sering dipakai seperti Return on Asset, Return on Equity maupun
Earning Per Share karena tidak hanya
akan menambah sudut pandang yang baru dalam menilai kinerja usaha, tetapi
diharapkan menghasilkan pengukuran yang lebih memadai sehingga dapat dijadikan
acuan bagi stakeholder yang
berkepentingan dalam pengembangan bisnis sektor industri di Indonesia.
Jika anda ingin berdiskusi dan mendapatkan informasi lebih lanjut, silahkan menghubungi COGNOSCENTI CONSULTING GROUP di telepon (021) 2902 2128 / 29 atau mengirim email ke info@ccg.co.id
Jika anda ingin berdiskusi dan mendapatkan informasi lebih lanjut, silahkan menghubungi COGNOSCENTI CONSULTING GROUP di telepon (021) 2902 2128 / 29 atau mengirim email ke info@ccg.co.id
Penulis: Ghulam Nurul Huda, MM