Konsultan Manajemen dan SOP

6 Gaya Kepemimpinan Yang Harus Dimiliki Seorang Leader

6 Gaya Kepemimpinan Yang Harus Dimiliki Seorang Leader
6 Gaya Kepemimpinan Yang Harus Dimiliki Seorang Leader - Sumber Gambar www.tools4management.com
Ketika bertanya ke sekumpulan businessman atau businesswomen mengenai apa yang dilakukan oleh seorang pemimpin yang efektif, maka akan ada beberapa jawaban seperti pemimpin yang efektif adalah orang yang menentukan strategi, orang yang memotivasi bawahan-bawahannya, orang yang membuat misi dari divisi atau unit yang dipimpinnya, orang yang membangun budaya. Kemudian jika bertanya lebih lanjut, apa yang dilakukan oleh seorang pimpinan. Jika mereka adalah orang yang berpengalaman, maka akan mendapatkan jawaban bahwa pekerjaan atau tugas tunggal seorang pimpinan adalah mendapatkan hasil.

Tetapi bagaimana? Misteri dari apa yang dapat dan seharusnya dilakukan oleh seorang pimpinan agar dapat menyulut orang-orangnya untuk dapat mengeluarkan performa terbaiknya merupakan sebuah hal yang sudah ada sejak lama. Dalam beberapa tahun belakangan, misteri ini memunculkan orang-orang yang ahli dalam kepemimpinan dengan melakukan pengujian dan bimbingan atau pelatihan kepada para eksekutif, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan orang-orang yang mampu dan dapat mewujudkan sasaran dan tujuan menjadi sebuah kenyataan.
Akan tetapi sampai sekarang masih belum ada penelitian kuantitatif yang dapat menunjukan gaya kepemimpinan seperti apa yang dapat menghasilkan hasil yang positif. Para ahli atau pakar kepemimpinan menawarkan saran berdasarkan kesimpulan, pengalaman, dan insting. Saran-saran ini kadang tepat dan kadang tidak tepat.

Berdasarkan Goleman (HBR’s 10 Must Reads: On Managing People, 2010, p.2), sebuah perusahaan yang bergerak di bidang konsultan bernama Hay/McBer melakukan sebuah penelitian yang pada hasilnya ditemukan ada enam gaya kepemimpinan yang berbeda-beda yaitu coercive, authoritative, affiliative, democratic, pacesetting, dan coaching. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel sebanyak 3.871 orang eksekutif dari total data 20.000 orang eksekutif yang tersebar di seluruh dunia. 

Enam gaya kepemimpinan tersebut muncul dari komponen kecerdasan emosional yang berbeda-beda. Setiap gaya kepemimpinan yang diambil atau diterapkan oleh seorang pimpinan menghasilkan dampak yang langsung dan unik bagi suasana kerja di perusahaan, divisi, atau tim, bahkan sampai mempengaruhi kemampuan finansial dari perusahaan tersebut. Penelitian tersebut juga mengindikasikan bahwa seorang pimpinan tidak hanya bergantung pada satu gaya kepemimpinan yang ada, mereka bahkan menggunakan beberapa gaya kepemimpinan bergantung dari situasi dan kondisi dari perusahaan tersebut pada saat itu.


Berdasarkan hasil penelitian, seorang pimpinan yang paling berhasil memiliki kekuatan dalam kecerdasan emosional yaitu kesadaran terhadap diri sendiri, kemampuan untuk mengontrol diri sendiri, motivasi, empati dan kemampuan bersosialisasi (HBR’s 10 Must Reads: On Managing People, 2010, p. 3). Setiap gaya kepemimpinan yang ada, memiliki atau menggunakan kombinasi dari kecerdasan emosional yang berbeda-beda dan seorang pimpinan yang baik tidak hanya terampil dengan satu gaya kepemimpinan, tetapi mereka terampil dengan beberapa gaya kepimpinan dan mampu untuk mengubah gaya kepemimpinan bergantung dengan keadaan.



THE COERCIVE STYLE

Gaya kepemimpinan ini menggunakan pendekatan “Lakukan apa yang saya katakan”. Pendekatan ini sangat efektif dalam memutarbalikan keadaan, bencana alam, atau ketika bekerja dengan karyawan yang bermasalah. Tetapi dalam kebanyakan keadaan, gaya kepemimpinan ini menghambat fleksibilitas dari sebuah organisasi dan mengurangi motivasi dari karyawan yang ada.
Akan tetapi jika seorang pemimpin tetap menggunakan gaya kepemimpinan ini setelah keadaan darurat sudah dilewati, akibat jangka panjang dari ketidaksensitifannya pada semangat dan perasaan dari orang-orang yang dipimpinnya akan rusak. Gaya kepemimpinan ini menghasilkan keputusan yang dari atas ke bawah akan berdampak pada matinya ide-ide dari orang-orang dibawahnya. Orang-orang dibawahnya akan merasa tidak dihargai dan tidak akan mengajukan ide-ide yang dimilikinya dikarenakan mereka akan berpendapat bahwa ide-idenya mereka hanya akan ditolak.


THE AUTHORATHIVE STYLE



Seorang pemimpin yang menggunakan gaya kepemimpinan ini menggunakan pendekatan “Ikuti saya”. Pemimpinnya menyatakan tujuan secara keseluruhan tetapi memberikan kebebasan untuk orang-orangnya untuk memilih cara mereka sendiri untuk mencapai tujuan tersebut. Gaya kepemimpinan ini bekerja secara khusus ketika bisnis sedang terombang-ambing atau dalam keadaan tidak pasti. Gaya kepemimpinan merupakan sebuah alat yang kuat, akan tetapi tidak dapat bekerja di semua situasi, gaya kepemimpinan ini kurang efektif jika seorang pimpinan bekerja dengan tim ahli yang lebih berpengalaman dari dirinya.

THE AFFILIATIVE STYLE

Orang-orang yang menggunakan gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri seperti sikap mengutamakan orang-orang. Gaya kepemimpinan ini sangat berguna terutama ketika membangun harmonisasi tim atau untuk meningkatkan semangat. Fokus memberikan pujian dari gaya kepemimpinan ini akan membiarkan performa yang buruk tanpa ditindaklanjuti. Pemimpin yang menggunakan gaya ini jarang sekali memberikan saran atau nasihat sehingga para karyawan akan kebingungan atau ragu-ragu dan mereka harus memikirkan sendiri apa yang harus dilakukan.

THE DEMOCRATIC STYLE

Dampak dari gaya kepemimpinan ini terhadap suasana atau keadaan dari perusahaan tidak setinggi apa yang dibayangkan. Dengan memberikan kesempatan memberikan pendapat untuk sebuah keputusan pada orang-orangnya, pemimpin yang menerapkan gaya kepemimpinan ini membangun fleksibilitas dari sebuah organisasi dan tanggung jawab serta membantu untuk menghasilkan ide-ide baru. Gaya kepemimpinan ini akan sangat efektif digunakan ketika seorang pimpinan sedang tidak yakin akan arah yang benar dan tepat yang harus diambil dan membutuhkan ide atau bimbingan dari karyawan yang mampu. Akan tetapi dampak negatif dari gaya ini adalah rapat-rapat yang berkepanjangan dan tak berujung serta membingungkan para karyawan yang yang merasa tanpa pemimpin.

THE PACESETTING STYLE

Seorang pemimpin yang menetapkan standar untuk performa yang tinggi dan menjadikan dirinya sebagai contoh memiliki dampak yang positif kepada karyawan-karyawan yang penuh dengan motivasi, berkompeten tinggi, dan hanya membutuhkan sedikit bimbingan atau koordinasi. Sebagai contoh, gaya kepemimpinan ini akan bekerja sangat baik bagi pimpinan yang sangat terampil dan motivasi tinggi seperti R&D atau Legal. Akan tetapi karyawan yang lainnya akan merasa kewalahan dan terbebani dari permintaan pemimpinnya yang tinggi dan membenci pempimpinnya dikarenakan cenderung untuk mengambil alih situasi.

Baca juga : Kepemimpinan dan Manajemen Sama atau Beda ? 

THE COACHING STYLE

Gaya kepemimpinan ini lebih memfokuskan atau mengutamakan pada pengembangan diri. Gaya ini bekerja sangat baik ketika para pekerja sudah sadar akan kelemahannya dan mau mengembangnya, tetapi tidak bekerja ketika mereka menolak untuk mengubah cara mereka. Gaya ini efektif ketika para pekerja menyadari bahwa meningkatkan atau menumbuhkan keterampilan baru dapat membantu mereka untuk berkembang. Secara singkat, gaya ini bekerja sangat baik bagi pekerja yang mau untuk dibimbing.

         
     
Penulis: Stallone T Hangewa, MM


Cognoscenti Consulting Group sebagai perusahaan konsultansi bidang manajemen, memiliki banyak pengalaman dalam membantu organisasi dalam meningkatkan kinerja organisasi melalui perbaikan proses kerja. Kami selalu berusaha memberikan pelayanan yang lebih baik mulai dari penyusunan strategi hingga proses implementasi di tingkat operasional dan audit untuk menemukan perbaikan. Jika ada hal yang ingin anda diskusi dengan kami, silahkan jangan segan untuk menghubungi Cognoscenti Consulting Groupwww.ccg.co.id / 021. 29022128
Previous
Next Post »